BAB
IV SEMESTER 1
KELAS
VIII PRAKARYA
2020
BAB
IV
PENGOLAHAN BAHAN PANGAN SEREALIA, UMBI, DAN KACANG-KACANGAN
MENJADI
MAKANAN ATAU MINUMAN
Tanaman pangan merupakan kebutuhan
pokok atau dasar untuk memenuhi kecukupan nutrisi tubuh manusia akan
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang bermanfaat untuk
keberlangsungan dan kesehatan hidup manusia.
Tanaman pangan dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu tanaman serealia, tanaman kacang-kacangan dan tanaman
umbi-umbian.
A. PENGERTIAN
Serealia merupakan sumber energi bagi
manusia sehingga dibudidayakan secara besar-besaran di seluruh dunia, melebihi
semua jenis tanaman lain. Kandungan yang terdapat pada serealia dan umbi
sebagian besar adalah karbohidrat, sedangkan kacang-kacangan juga mengandung
karbohidrat namun mengandung banyak protein, vitamin, mineral, dan lemak sehat.
Berikut ini diuraikan pengertian dari serealia,
kacang-kacangan, dan umbi :
1. Serealia
Serealia adalah jenis tumbuhan
golongan tanaman padi-padian/ rumput-rumputan (Gramineae) yang dibudidayakan
untuk menghasilkan bulir-bulir berisi biji-bijian sebagai sumber
karbohidrat/pati.
Umumnya serealia kaya karbohidrat,
cukup protein, sangat rendah kandungan lemak, dan kaya serat kasar. Serealia
juga kaya vitamin (vitamin E dan B kompleks), serta mineral (besi, magnesium
dan seng). Meskipun setiap spesies memiliki keistimewaan, pembudidayaan semua serealia
sama. Semua adalah tanaman semusim; yang berarti satu kali tanam, satu kali
panen dan tumbuh baik di daerah beriklim sedang. Istilah “serealia” diambil
dari nama dewi pertanian bangsa Romawi yaitu “Ceres”.
2. Kacang-Kacangan
Kacang-kacangan adalah biji berukuran
lebih besar dibandingkan serealia yang digunakan untuk bahan pangan manusia dan
hewan ternak. Tanaman kacang-kacangan umumnya didapat dari tanaman famili Fabaceae.
Adapun menurut definisi Food and Agriculture Organization (FAO), tanaman
kacang-kacangan seperti kapri, buncis dan edamame yang dipanen muda tidak
termasuk sebagai kelompok kacang-kacangan. Kacang-kacangan merupakan sumber
energi dan mengandung banyak nutrisi penting seperti protein, karbohidrat
kompleks, folat, dan besi (vitamin).
3. Umbi
Umbi adalah organ tumbuhan yang
mengalami perubahan ukuran dan bentuk (“pembengkakan”) sebagai akibat perubahan
fungsinya. Organ yang membentuk umbi terutama batang, akar, dan modifikasinya. Umbi
biasanya terbentuk tepat di bawah permukaan tanah, meskipun dapat pula
terbentuk jauh di dalam maupun di atas permukaan. Umbi-umbian digunakan sebagai
sumber bahan makanan pokok karena mempunyai kandungan karbohidrat dalam bentuk
pati yang tinggi dan kandungan serat yang tinggi. Namun, pemanfaatan
umbi-umbian masih belum maksimal karena dianggap sebagai makanan tradisional
yang kurang berkelas.
B. JENIS DAN MANFAAT
Bahan
serealia dan kacang-kacangan banyak dimanfaatkan dalam bentuk yang sudah diolah
menjadi bahan pangan setengah jadi (produk pangan primer sebagai bahan baku
pangan). Demikian pula umbi-umbian, masyarakat lebih memanfaatkan dengan
mengonsumsinya secara langsung yaitu diproses dengan cara sederhana, seperti
perebusan, pengukusan atau digoreng.
Perkembangan
ini seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat. Pada zaman dahulu,
jarang dijumpai ibu-ibu yang bekerja sehingga mereka memiliki kesempatan yang
cukup untuk menyiapkan masakan bagi keluarganya. Namun saat ini, dengan
banyaknya ibu bekerja di luar rumah dan semakin berkembangnya teknologi dan
tuntutan konsumen, maka masyarakat lebih menyukai hal-hal yang praktis.
Berikut
ini diuraikan berbagai jenis olahan pangan setengah jadi dari bahan pangan
serealia, kacang-kacangan, dan umbi.
1.
Jenis Olahan Pangan Setengah Jadi dari Bahan Serealia
a.
Beras
Beras
merupakan hasil pertanian yang menjadi makanan pokok sehari-hari pada
kebanyakan penduduk di dunia. Selain karbohidrat, beras juga mengandung
protein, vitamin, dan mineral. Berbagai pengolahan dari beras menjadi hasil
olahan pangan setengah jadi antara lain kerupuk gendar, rengginang, tepung
beras, bihun, beras instan, dan masih banyak lagi lainnya.
Beras
instan adalah beras yang diolah melalui tiga kali penggilingan dan penyaringan.
Tujuannya untuk memperoleh struktur berpori-pori sehingga mempermudah
rehidrasi. Rehidrasi adalah kemampuan dalam penetrasi dari air mendidih yang
diberikan kepada beras menjadi lebih cepat, sehingga penyiapan kembali menjadi
nasi lebih cepat.
b.
Jagung
Selain
untuk pengadaan pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan sebagai bahan
dalam industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Ditinjau dari komposisi
kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek untuk dikembangkan
sebagai pangan dan bahan baku industri. Sebagai sumber pangan, jagung
dikonsumsi dalam bentuk segar, kering, dan tepung. Alternatif produk pangan
yang dapat dikembang- kan dari jagung menjadi olahan pangan setengah jadi,
yaitu jagung pipil kering, beras jagung, tepung jagung, dan jagung instan.
Tepung
jagung merupakan produk yang fleksibel, karena dapat digunakan sebagai bahan
baku produk pangan dan mudah diterima masyarakat. Tepung jagung umumnya
dihasilkan dari beras jagung. Pembuatan tepung dilakukan dengan proses
penepungan. Penepungan dengan cara kering menggiling beras jagung, lalu diayak
dengan ayakan bertingkat. Produk jagung instan berbentuk granulat. Meskipun
berpenampilan seperti beras namun proses pemasakannya tidak sama. Proses
pembuatannya jagung instan lebih rumit dibandingkan dengan beras instan. Dengan
adanya jagung instan akan mempersingkat waktu pemasakan nasi jagung menjadi hanya
setengah jam.
c.
Gandum
Jenis
gandum ada dua yaitu merah dan putih. Keduanya mempunyai tekstur lembut dan
sangat mudah dicerna. Gandum dapat membantu melancarkan pencernaan dan
menurunkan kolesterol. Biji gandum memiliki tekstur yang keras. Biji gandum
terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan
bagian lembaga (germ). Alternatif produk pangan yang dapat dikembangkan dari
gandum menjadi olahan pangan setengah jadi, yaitu pasta, tepung gandum dan
tepung terigu, mi, dan kerupuk.
Tepung
gandum (whole wheat flour) adalah tepung yang terbuat dari seluruh bagian biji
gandum yang dihaluskan, mulai dari kulit ari (terluar) hingga bagian dalam biji
(terdalam) sehingga tepung gandum memiliki warna kecokelatan. Tepung terigu
adalah tepung yang terbuat dari bagian terdalam biji gandum yang dihaluskan,
sehingga tepungnya berwarna putih susu.
d.
Sorgum
Sorgum
merupakan produk nonberas di Indonesia yang baru sebagian kecil masyarakat kita
mengonsumsinya dan hingga saat ini belum termanfaatkan secara maksimal.
Komposisi zat gizi sorgum mirip dengan komposisi beras/padi, dan mendekati
gandum. Alternatif produk pangan yang dapat dikembangkan dari sorgum menjadi olahan
pangan setengah jadi, yaitu biji/beras sorgum, tepung sorgum, kerupuk, dan
rengginang sorgum. Dalam mengolah tanaman sorgum menjadi biji/beras sorgum dan
tepung sorgum melalui tahapan dalam mengolah beras/gandum. Kelebihan tepung
sorgum adalah tekstur tepung lebih halus dibanding tepung jagung, namun
mendekati terigu dan tepung beras.
2.
Jenis Olahan Pangan Setengah Jadi dari Bahan Kacang-kacangan
Jenis
olahan pangan setengah jadi dari bahan serealia telah diuraikan di atas.
Sekarang dapatkah kamu mencari tahu berbagai jenis produk olahan pangan setengah
jadi dari bahan kacang-kacangan, baik yang ada di daerahmu maupun Nusantara?
3.
Jenis Olahan Pangan Setengah Jadi dari Bahan Umbi
a.
Ubi Jalar
Ubi
jalar merupakan salah satu jenis makanan yang mampu menunjang program perbaikan
gizi masyarakat. Nilai kalorinya cukup tinggi, yaitu 123 kalori/100 gram.
Alternatif produk pangan yang dapat dikembangkan dari ubi jalar menjadi olahan
pangan setengah jadi, yaitu pati ubi jalar, gaplek (irisan ubi jalar kering),
dan tepung ubi jalar.
Tepung
ubi jalar dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung beras sampai dengan 20%
dalam pembuatan bihun. Tepung ubi jalar juga dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan kue, misalnya kue kering, kue lapis, dan cake. Beras singkong (Rasi)
dibuat dari ampas ubi kayu pahit sisa pembuatan tepung tapioka (kanji/aci).
Ampas tersebut dikeringkan lalu digiling menjadi beras.
b.
Singkong/Ubi Kayu
Produk
pangan yang dapat dikembangkan dari ubi kayu sangatlah banyak, yaitu gaplek,
tiwul instan, beras singkong (Rasi), tepung tapioka (tepung pati singkong),
tepung singkong, dan tepung mocaf (tepung singkong yang difermentasi), dan
kerupuk opak. Beras singkong (Rasi) dibuat dari ampas ubi kayu pahit sisa
pembuatan tepung tapioka (kanji/aci). Ampas tersebut dikeringkan lalu digiling
menjadi beras.
Tepung
singkong dibuat melalui proses pengeringan bahan baku umbi singkong (gaplek)
terlebih dahulu hingga kadar airnya menyusut tinggal 10%. Tepung mocaf adalah
tepung singkong/ubi kayu yang dibuat dengan cara fermentasi. Kerupuk opak (Jawa
Tengah) dan kerupuk tette (Madura) adalah kerupuk dari singkong yang melalui
proses pengukusan dan perebusan sebagai panganan camilan tradisional.
c.
Talas
Di
Indonesia talas lebih banyak digunakan sebagai pangan kudapan (keripik, kolak,
goreng, dan rebus) atau tambahan sayur. Namun, sekarang sudah dibuat tepung
karena talas memiliki sifat-sifat fungsional pendukung keberhasilan aplikasinya
pada suatu produk pangan dan kandungan lemak yang rendah, serta kandungan serat
yang cukup banyak. Proses pembuatan tepung talas cukup sederhana dan mudah
sehingga dapat dipraktikkan dalam skala rumah tangga.
Tepung
talas memiliki kapasitas absorpsi lemak yang tinggi dan kapasitas absorpsi air
yang juga tinggi. Oleh karena itu, tepung talas sangat potensial digunakan
untuk mempertahankan rasa, dan memperpanjang umur simpan produk olahan daging,
serta produk-produk lainnya seperti whipped toppings, sosis, chiffon, deserts,
brownies, angel cake, cookies, mi dan sponge cake.
d.
Kentang
Kentang
dimanfaatkan sebagai tepung karena termasuk umbi- umbian yang banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk pati. Kentang dapat dikeringkan, sehingga menghasilkan
tepung dengan menggunakan beberapa proses. Namun, kelemahan kentang yaitu
mengandung banyak air sehingga produk tepung yang dihasilkan akan jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan produk tepung dari umbi-umbian lainnya.
Secara
umum, dalam mengolah pangan serealia dan umbi menjadi produk olahan setengah
jadi dihasilkan produk berbentuk potongan pipih tebal atau tipis yang
dikeringkan (misalnya berbagai jenis kerupuk), butiran besar (misalnya jagung
pipil, biji sorgum, tepung tiwul instan, dan chip/granula/sawut lainnya) maupun
butiran halus (misalnya berbagai jenis tepung, baik dari bahan serealia maupun umbi-umbian)
yang selanjutnya menjadi bahan baku olahan industri rumah tangga maupun
industri pabrik.
Prosedur
pembuatan tepung sangat beragam yang dibedakan berdasarkan sifat dan komponen
kimia bahan pangan. Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua,
sebagai berikut.
1. Bahan pangan yang tidak mudah menjadi
cokelat apabila dikupas (kelompok serealia).
2.
Bahan
pangan yang mudah menjadi cokelat (kelompok aneka umbi dan buah yang kaya akan
karbohidrat)
C,
TEKNIK PENGOLAHAN
Sebelum
tanaman pangan serealia menjadi bahan dasar pangan, perlu dilakukan teknik
pengolahan penyosohan terlebih dahulu. Setelah itu, bahan pangan tersebut
diolah menjadi bahan pangan setengah jadi.
Penyosohan
secara tradisional dilakukan dengan alu dan lumpang ditambah percikan air ke
biji serealia yang ditumbuk. Proses penyosohan diharapkan dapat menghilangkan
kulit ari dan lembaga pada biji serealia, sehingga menjadi butiran besar
ataupun butiran kecil untuk mempermudah dalam proses penanganan lanjutan. Menurut
prosesnya, teknik pengawetan pangan dapat dibagi menjadi tiga metode, yaitu:
pengawetan fisik, biologis, dan kimiawi.
1.
Pengawetan Secara Fisik
Pengawetan secara fisik
merupakan proses pengawetan secara alami, yang meliputi :
a.
Pengawetan dengan Suhu Rendah
Sistem
pengawetan dengan suhu rendah adalah memasukkan bahan pangan pada lemari
pendingin. Dalam praktiknya, proses pengawetan dengan suhu rendah ini dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: pendinginan (cooling) dengan suhu antara -20C sampai
+100C dan pembekuan (freezing) dengan suhu antara -120C sampai -240C. Sementara
itu, pembekuan cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu -240C sampai -400C.
Prinsip
pengawetan dengan pendinginan atau suhu rendah ditujukan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan tidak dapat membunuh bakteri, namun
hanya menghambat aktivitasnya saja. Setelah bahan pangan dikeluarkan dari
lemari pendingin, mikroorganisme dapat aktif kembali.
b.
Pengawetan dengan Suhu Tinggi
Pengawetan
dengan suhu tinggi dengan cara dipanaskan seringkali digunakan dalam memasak,
misalnya merebus atau menggoreng suatu bahan makanan. Dua faktor yang harus
diperhatikan dalam pengawetan dengan suhu tinggi atau panas sebagai berikut :
·
Jumlah
panas yang diberikan harus cukup untuk mematikan mikroba pembusuk dan mikroba
patogen
·
Jumlah
panas yang digunakan tidak boleh menyebabkan penurunan gizi dan cita rasa
makanan
Berdasarkan
penggunaan suhu, waktu, dan tujuan pemanasan, proses pemanasan dapat dibagi
dalam dua kelompok besar, yaitu :
1)
Sterilisasi
Sterilisasi
berarti membebaskan bahan dari semua mikroba karena beberapa spora bakteri relatif
lebih tahan terhadap panas. Pada makanan dikenal istilah sterilisasi komersial.
Sterilisasi komersial adalah sterilisasi yang biasanya dilakukan terhadap
sebagian besar pangan di dalam kaleng atau botol.
Pengalengan/pembotolan
adalah suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap
terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang
kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen
(penyebab penyakit) dan pembusuk.
Pengalengan/pembotolan
adalah suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap
terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang
kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen
(penyebab penyakit) dan pembusuk.
2)
Pasteurisasi
Pasteurisasi
adalah suatu proses pemanasan bahan pangan pada suhu di bawah titik didih air
(di bawah 1000C) dengan tujuan untuk mengurangi populasi mikroorganisme
pembusuk. Tujuan utama proses pemanasan hanyalah untuk membunuh mikro organisme
patogen (penyebab penyakit, misalnya pada susu) atau inaktivasi (menghentikan
aktivitas) enzim-enzim yang dapat merusak mutu (misalnya pada sari buah).
3)
Blanching
Blanching
adalah proses perlakuan pemanasan awal yang biasanya dilakukan pada bahan
nabati segar sebelum mengalami proses pembekuan, pengeringan atau pengalengan. Blanching
biasanya dilakukan pada suhu <100oC selama beberapa menit dengan cara
perebusan dan pengukusan. Contoh proses blanching yaitu mencelupkan bahan
pangan nabati di dalam air mendidih selama 3 sampai 5 menit atau mengukusnya
selama 3 sampai 5 menit.
c.
Pengawetan dengan Pengeringan
Pengeringan
adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari
suatu bahan dengan caramenguapkan air tersebut menggunakan energi panas. Keuntungan
produk hasil pengeringan adalah awet, lebih ringan, volume lebih kecil sehingga
memudahkan penyimpanan dan transportasi, serta menimbulkan cita rasa khas.
Pengeringan
dapat dilakukan dengan menggunakan suatu alat pengering (articial dryer), atau
dengan penjemuran (sun drying), yaitu pengeringan dengan menggunakan energi
langsung dari sinar matahari. Sebagai contoh, kerupuk opak (bahan singkong) dan
emping.
Pengeringan
buatan (articial drying) mempunyai keuntungan karena suhu dan aliran udara
dapat diatur sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan dengan tepat dan
kebersihan dapat diawasi sebaik-baiknya.
2.
Pengawetan Secara Biologis
Proses
pengawetan secara biologis adalah dengan peragian atau fermentasi dan enzim.
a.
Fermantasi
Cara
peragian atau fermentasi merupakan proses perubahan dari karbohidrat menjadi
alkohol. Zat-zat yang bekerja pada proses ini ialah enzim yang dibuat oleh
sel-sel itu sendiri.
b.
Enzim
Enzim
adalah suatu katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan dapat
membantu mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat dalam
makanan dapat berasal dari bahan mentahnya atau mikroorganisme yang terdapat
pada makanan tersebut. Bahan makanan seperti daging, ikan, susu, buah-buahan,
dan biji-bijian mengandung enzim tertentu secara normal ikut aktif bekerja di
dalam bahan tersebut. Beberapa enzim yang penting dalam pengolahan daging
adalah bromelin dari nenas dan papain dari getah buah atau daun pepaya.
Enzim Bromalin
Enzim
ini didapat dari buah nanas yang digunakan untuk mengempukkan daging.
Enzim Papain
Enzim
ini berupa getah pepaya yang disadap dari buahnya yang berumur 2,5-3 bulan.
Enzim ini dapat digunakan untuk mengepukan daging, bahan penjernih pada
industri minuman bir, industri tekstil, industri penyamakan kulit, industri
farmasi, dan alat-alat kecantikan (kosmetik) dan lain-lain.
c.
Bakteri laktat (lactobacillus)
Bakteri
laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan
hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur,
maupun batuan. Asam laktat yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman)
3,4-4 cukup untuk menghambat sejumlah bakter perusak dan pembusuk bahan makanan
dan minuman. Namun, selama proses fermentasi sejumlah vitamin juga dihasilkan,
khususnya B-12. Bakteri laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin),
yaitu sejenis antibiotik serta senyawa lain yang berkemampuan menonaktifkan
reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan
bahkan mematikannya.
3. Pengawetan Secara Kimiawi
Beberapa
teknik pengawetan secara kimiawi digolongkan menjadi dua yaitu (a) penggunaan pengawet
alami yang diperoleh dari makanan segar seperti gula, garam, bawang putih,
cuka, kunyit dan kluwak dan (b) penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) dan
pengasapan.
a.
Penggunaan Pengawet Alami
1)
Gula Pasir
Gula
pasir merupakan hasil pemanasan dan pengeringan sari tebu atau bit dengan
bentuk butiran berwarna putih yang tersusun atas 99.9% sukrosa murni. Fungsi
gula pasir biasanya untuk memberikan rasa manis, namun dapat juga berfungs
sebagai pengawet. Sifat gula pasir adalah higroskopis atau menyerap air
sehingga sel-sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya mati.
2)
Garam Dapur
Enggunaan
garam sebagai pengawet biasanya minimal sebanyak 20% atau 2 ons/kg bahan. Contoh
produk yang diawetkan dengan penggaraman yaitu telur asin, ikan asin, asinan
sayuran dan kacang tanah.
3)
Cuka
Cuka
adalah produk hasil fermentasi dari bakteri acetobacter. Banyak jenis cuka
beredar di pasaran seperti cuka apel, cuka hitam, cuka aren, dan cuka limau. Selain
memberikan rasa asam pada masakan dan minuman, cuka juga bisa digunakan sebagai
bahan pengawet. Produk yang biasanya diawetkan dengan cuka yaitu acar, kimchi,
jelly, dan minuman.
4)
Bawang Putih
Bawang
putih (Allium sativum) merupakan bumbu dapur dengan aroma dan rasa yang khas
pada masakan. Kandungan allicin di dalam bawang putih sangat efektif mematikan
bakteri gram positif dan gram negatif. Bawang putih juga bersifat antimikroba. Manfaat
lainnya adalah dapat mengurangi jumlah bakteri aerob, kaliform dan
mikroorganisme lainnya sehingga bahan makanan yang ditambahkan bawang putih
akan lebih awet.
5)
Kunyit
Kunyit
dapat digunakan sebagai pengawet makanan karena berfungsi sebagai antibiotik,
antioksidan, antibakteri, anti radang, dan antikanker. Kunyit juga berfungsi
sebagai pewarna alami, seperti yang biasa digunakan pada tahu. Kandungan utama
kunyit basah adalah kurkuminoid 3-5%, sedangkan pada kunyit ekstrak, kandungan
kurkuminoid
6)
Kluwak
Kluwak
(Pangium edule Reinw) digunakan sebagai bumbu dapur dan pemberi warna, serta
juga bisa digunakan sebagai pengawet. Contohnya, sebagai pengawet ikan segar
dengan kluwak bisa bertahan hingga enam hari.
b. Pengawet Sintetis (Bahan
Tambahan Makanan)
Pengawet
sintetis atau menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) merupakan hasil sintesis
secara kimia. Pengawet sintetis dipercaya bisa menimbulkan efek negatif bagi
kesehatan, seperti memicu pertumbuhan sel kanker akibat senyawa karsinogenik
dalam pengawet. Contoh dari pengawet sintetis adalah nastrium benzoat, kalium
sulfit dan nitrit. Beberapa bahan pengawet diperbolehkan untuk dipakai, namun
kurang aman jika digunakan secara berlebihan adalah :
1)
Asam Benzoat (acidum benzoicum)
Umumnya
berupa garam natrium benzoat dengan ciri-ciri berbentuk serbuk atau kristal
putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan
meleleh lalu terbakar. Asam benzoat berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan
jamur dan bakteri. Penggunaan asam benzoat dengan kadar lebih dari 250 ppm
dapat memberikan efek samping berupa alergi.
2)
Kalsium Benzoat
Bahan
pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun),
bakteri spora, dan bakteri bukan pembusuk. Kalsium benzoat digunakan untuk
mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirop, dan ikan
asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi
orang yang peka terhadap aspirin.
3)
Sulfur Dioksida (SO2)
Bahan
pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang
kering, sirop, dan acar. Meskipun bermanfaat, penambahan bahan pengawet
tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma,
mutasi genetik, kanker, dan alergi.
4)
Kalium Nitrit
Bahan
ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang
singkat. Kalium nitrit sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk
mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet.
5)
Kalsium Propionat/Natrium Propionat
Keduanya
termasuk dalam golongan asam propionat yang sering digunakan untuk mencegah
tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk
roti dan tepung.
6)
Natrium Metasulfat
Natrium
metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet
ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit.
7)
Asam Sorbat
Beberapa
produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah, dan produk minuman kerap
ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa
membuat perlukaan di kulit.
8)
Zat Pewarna
Berfungsi
sebagai pewarna untuk menarik selera dan keinginan konsumen. Pewarna sintetis
contohnya carbon black untuk memberikan warna hitam, titanium oksida untuk
memutihkan, dan lain-lain.
c. Pengasapan
Proses
pengasapan termasuk jenis pengawetan cara kimia. Bahan-bahan kimia dalam asap
dapat berfungsi sebagai pengawet makanan. Efek pengawetan berasal dari kontak
antara komponen asap hasil pembakaran kayu dengan bahan pangan yang diasap. Komponen
yang terdapat dalam asap adalah senyawa antimikrobia dan komponen antioksidan.
Biasanya teknik pengasapan didahului dengan proses pengeringan dan pengasinan.
Sebagai contoh, ikan asap, dan telur asin bakar.
D, TAHAPAN PENGOLAHAN
Proses
pengolahan untuk setiap produk olahan pangan setengah jadi tidaklah sama.
Namun, untuk tahapan pengolahan suatu produk yang akan kita buat memiliki
tahapan perencanaan atau alur yang sama yaitu dimulai dengan perencanaan,
pelaksanaan/pembuatan, penyajian/pengemasan, dan evaluasi.. Adapun proses
pengolahan yang akan diuraikan ini hanyalah sebuah
contoh.
Artinya, bukan harus dipraktikkan, tetapi boleh dipraktikkan jika itu sesuai dengan
kondisi lingkungan setempat.
1.
Proses Pengolahan Pangan Setengah Jadi Kerupuk (produk berbentuk potongan pipih
tebal dan tipis) Kerupuk bertekstur garing dan biasanya dijadikan sebagai
pelengkap makan untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan
gado-gado. Bunyi sensasional kriuk pada kerupuk membuat makan tambah nikmat.
Kerupuk adalah makanan ringan yang dapat dibuat dari bahan serealia ataupun
umbi.
Sebagai
contoh, kerupuk rengginang khas Jawa, kerupuk tette singkong khas Madura,
ataupun opak singkong khas Wonosobo dibuat tanpa pewarna.
E, PENYAJIAN DAN PENGEMASAN
Penyajian
dan kemasan selain memberikan manfaat sebagai wadah penyajian produk juga
berhubungan dengan cara menampilkan produk/ hasil olahan pangan agar lebih
menarik.
Pada
prinsipnya, bahan penyajian dan pengemasan untuk produk pengolahan pangan
setengah jadi tidak jauh berbeda dengan penyajian dan pengemasan olahan pangan
makanan. Perbedaannya, hanya pada pengemasan produk pengolahan pangan setengah
jadi hendaknya kedap udara. Tujuannya agar makanan yang disimpan dapat bertahan
lama dan produk tidak mudah terkontaminasi bakteri.
Umumnya
kemasan produk pengolahan pangan setengah jadi yang digunakan adalah plastik
yang dipres atau ujung plastik dibakar dengan api lilin. Salah satu contoh
kreativitas pengemasan produk olahan pangan setengah jadi seperti berikut ini.
Kemasan
produk olahan pangan setengah jadi di atas adalah setelah dikemas plastik kedap
udara, lalu dimasukkan pada dus yang didesain secara menarik. Khusus pada
produk nasi jagung tersebut dikemas dengan plastik kedap udara yang plastiknya
dilukis dengan cat (cetak desain produk dengan cat yang bisa menempel pada
plastik).
Guru Bidang Studi
Marjan Soni, S.Pd, Ma